25 November 2008

Maaf....Lama Gak bersua

Sebelumnya maaf sudah lama tidak memposting lagi di blog ini... Pekerjaan, rutinitas dan kesibukan sudah sangat menyita waktu untuk - bahkan sekedar- menulis dua tiga paragraf.
Ke depan akan coba menggiatkan kembali posting di blog ini..

Motivasi aja bahwa ada rencana untuk menulis buku. Sebetulnya hanya mencoba membukukan skripsi saya saja... Ntahlah, tiba-tiba terpikir untuk membukukan skripsi tersebut. Mudah-mudahan ada yang mau mesponsori. Jika tidak, yah...setidaknya sudah mau belajar untuk memperkenalkan hasil karya sendiri.

Tunggu saja..

11 Agustus 2008

"Saya Harus Berhenti"

Bila Anda seorang perokok, maka semoga materi kali ini bisa memberikan 'automatic reminder' untuk berhenti secara instant, dan bila Anda bukan perokok, mungkin ada hal yang bisa disampaikan pada relasi atau anggota keluarga tercinta yang ingin berhenti merokok namun mengalami kesulitan dalam pengendalian diri.

Kita semua telah tahu dampak buruk dari nikotin, terhadap metabolisme tubuh, paru-paru, dan yang satu hal lagi yang latent adalah pengaruh racun sianida pada rokok terhadap kelenjar Thyroid, yang dapat menyebabkan kondisi hyper thyroid sehingga membutuhkan terapi bertahun-tahun hingga prosedur operasi untuk mengatasi dampaknya.

Di kala tak satupun saran, himbauan, niat, bahkan larangan dan hukum yang dapat menghentikan seorang perokok, cobalah untuk memikirkan alinea berikut ini saat merokok, dengan menatap rokok yang sedang dipegang:

"Saya mampu terbebas dari kebiasaan ini, mengakhirinya secara sadar sebelum kebiasaan (merokok) ini yang mengakhiri saya, demi tanggung jawab terhadap diri sendiri sebagai manusia dan juga keluarga yang saya cintai"

Prosedur ini dapat diulang setiap kali Anda merokok, namun saya pribadi telah menyaksikan rekan-rekan yang mampu berhenti merokok secara instan setelah coba menerapkan pola pemikiran yang disampaikan tersebut pada kesempatan pertama kali!

Selamat mencoba, dan semoga bermanfaat.
Stay health, Stay motivated, and Keep reaching higher success!

23 Juli 2008

Kebijaksanaan dan Solusi

Kita dapat lihat bahwa hewan memiliki berbagai cara yang berbeda dalam mempertahankan hidupnya, baik untuk mencari makanan ataupun melindungi dirinya ketika mendapatkan serangan dari hewan lainnya dan alam. Beberapa hewan seperti singa dan beruang, akan menyerang secara konfrontatif ketika mereka merasakan adanya bahaya, lain halnya dengan trenggiling dan kura-kura yang akan melipat/menyembunyikan dirinya untuk melindungi diri dan menunggu hingga kondisi aman, ada juga jenis burung tertentu yang menjatuhkan dirinya dalam posisi terlentang untuk memberi kesan tidak hidup untuk mengelabui pemangsanya, dan kebanyakan hewan akan mengambil langkah seribu alias melarikan
diri untuk keselamatannya di kala muncul kondisi yang bermasalah.

Bagaimana dengan manusia? Apa yang manusia lakukan saat terjadi masalah? Sehubungan dengan berbedanya manusia dengan hewan, maka manusia adalah jenis ciptaan yang dapat melakukan seluruh variasi yang dilakukan hewan tadi dalam menghadapi & menyelesaikan masalahnya, atau dengan kata lain manusia adalah mahluk yang paling fleksibel dalam mengatasi masalah, dimana manusia bisa bersikap konfrontatif, defensif, diam menanti perubahan kondisi, persuasif, termasuk melarikan diri dari
masalah yang mungkin memang tidak dapat diselesaikan.

Namun yang menjadi problem adalah untuk mengetahui bagaimana bersikap dalam setiap adanya masalah, karena disayangkan banyak manusia yang mengambil keputusan kurang tepat dalam hal ini, sebagai contoh, sebuah kondisi yang idealnya disikapi dengan kesabaran seringkali diatasi dengan upaya konfrontatif, sehingga memperburuk konflik.. sebaliknya, masalah yang menuntut menuntut penyelesaian dengan persuasif, dihadapi dengan cara defensif atau berdiam diri sehingga masalah menjadi berkepanjangan dan berlarut-larut.

Kesimpulannya adalah bijaksana dalam menganalisis masalah dan temukan pendekatan terbaik untuk menyelesaikannya, gunakan variasi yang paling menguntungkan.. dan upaya konfrontatif/ofensif & 'melarikan diri' mungkin akan menjadi pilihan yang menjadi prioritas terakhir untuk dilakukan.


www.motivasi-sukses.com

18 Juli 2008

AKIBAT MAFIA BBM

Langkanya BBM di Bangka Belitung serta tingginya harga merupakan salah satu faktor dari ketidaksiapan Pemerintah Daerah dalam menangani dan memberantas mafia BBM di daerah. Dalam laporan di berbagai media diberitakan bahwa BBM di Bangka Belitung sudah berada diambang krisis ketersediaan, terutama BBM jenis solar. Panjangnya antrian kendaraan untuk mengisi solar di seluruh SPBU merupakan pemandangan umum yang biasa ditemui. Untuk itu, dituntut perhatian besar Pemerintah Daerah dan stakeholders guna mengatasi krisis BBM di Babel akibat olah segelintir orang yang memanfaatkan situasi untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang kotor.

Adalah mafia BBM yang menjadi penyebab dari segala kekacauan ini. Mereka menjadikan faktor tingginya harga sebagai usaha untuk memperoleh pendapatan yang besar. Meski mereka melakukan cenderung individu atau dalam kelompok kecil, namun cara yang mereka lakukan cukup sistematis dan terukur, dan tak jarang melibatkan oknum aparat di dalamnya. Tak hanya itu, mereka juga mamanfaatkan situasi kelangkaan BBM ini untuk mamasang harga setinggi mungkin.

Telah lama dikenal bahwa Bangka Belitung merupakan daerah penghasil timah terbesar di Indonesia. Tingginya harga timah di pasar dunia merangsang masyarakat, baik dalam maupun dari luar Babel, untuk mengeksploitasi hasil alam tersebut. Maka, bermunculanlah tambang rakyat atau Tambang Inkonvensional (TI). Ditambah dengan dikeluarkannya peraturan daerah yang mempersilahkan rakyat untuk mengeksploitasi timah secara bebas, bak jamur dimusim hujan, TI inipun semakin tak terkendali. Hingga saat ini, tak kurang dari 20 ribu usaha tambang timah rakyat ini ada di Bangka Belitung. Tentu hal ini menjadi ladang pendapatan bagi mafia BBM untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.

Pada umumnya, tambang timah rakyat menggunakan mesin untuk menyemprot tanah yang mengandung timah dan menarik timahnya kepermukaan. Umumnya pula, mesin ini berbahan bakar solar. Maka, untuk tetap menjaga kelangsungan penambangan, ketersediaan solar menjadi sangatlah penting. Banyaknya permintaan akan solar di pasaran daerah, sementara solar yang ada sangat terbatas, menciptakan ketidakseimbangan harga sebagai akibat dari timpangnya neraca permintaan dan ketersediaan barang. Meski pemerintah pusat telah menetapkan harga resmi hanya Rp 5.500/liter, dan eceran yang tidak lebih dari Rp 6.500, namun fakta dilapangan sangatlah jauh berbeda.

Andil mafia BBM ini tidak hanya dalam bentuk penetapan harga yang sangat tinggi hingga ratusan ribu, tetapi juga dalam usaha mereka dalam mendapatkan BBM. Usaha yang paling umum digunakan adalah dengan cara memodifikasi kendaraan dengan meletakkan tanki solar yang berkapasitas cukup besar. Namun, yang justru lebih penting dari itu adalah adanya permainan antara mafia BBM, oknum aparat dan oknum SPBU itu sendiri. Mereka seperti membentuk kerangka kejatahan yang simbiosis mutualis dan jelas sangat merugikan banyak pihak.

Sulitnya memutus mata rantai dan memberantas mafia BBM menjadi cerminan dari lemahnya sistem pengawasan dan ketegasan aparat hukum dan pemerintah daerah. Situasi yang dihadapi saat ini adalah situasi dimana ketika persoalan kelangkaan BBM harus pula dibarengi dengan tingginya harga. Konsumen yang membutuhkan adalah pihak yang paling dirugikan dalam hal ini. Untuk menghadapi situasi ini, tentu aparat harus menindak tegas segala bentuk kejahatan sistematis seperti mafia BBM ini. Dan bukan rahasia lagi, oknum-oknum aparat terkadang turut terlibat pula di dalamnya.

Apa yang perlu dilakukan?
Pemerintah Daerah sebagai pengambil kebijakan mengambil peran terpenting untuk mengatasi mafia BBM ini. Berbagai upaya, mulai dari upaya persuasif hingga upaya preventif yang intens dan berkesinambungan, perlu terus menerus dibangun oleh Pemerintah Daerah. Upaya tersebut antara lain, pertama, Pemerintah Daerah perlu meninjau kembali kebijakan membuka peluang bagi tambang timah rakyat, terutama dalam memperketat izin penambangan, ruang lingkup serta keseimbangan lingkungan dan sosial. Dalam kerangka pemberantasan mafia BBM, Pemerintah Daerah perlu memperhatikan izin dan ruang lingkup penambangan ini dengan mempertimbangkan pada faktor dampak sosial masyarakat sebagai akibat krisis bahan bakar dan permainan mafia BBM.

Kedua, Pemerintah Daerah perlu membuat peraturan daerah, minimal keputusan gubernur, guna memperketat pengawasan penjualan BBM di tingkat eceran agar tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan. Sebab saat ini ada anggota masyarakat yang menjual BBM jenis solar hingga lebih dari Rp 200 ribu per 20 liter, bahkan tidak sampai 20 liter. Pengawasan ini juga mesti dilakukan secara berjenjang dan jika perlu diawasi oleh suatu lembaga independen.

Ketiga, Pemerintah Daerah juga perlu mengawasi pendistribusian BBM agar tidak jatuh ke tangan yang salah dan hanya mencari keuntungan semata. Pengawasan ini bisa menggunakan metode registrasi dimana setiap kendaran yang telah mengisi BBM wajib dicatat nomor kendaraannya. Untuk mengantisipasi kecurangan, semisal menggantikannya dengan kendaraan lain, maka Pemerintah Daerah dapat menambah pengawasannya dengan menggunakan kartu pintar atau kartu pengambilan. Setidaknya Pemerintah Daerah dapat meminimalisir kecurangan yang dilakukan oleh oknum dna mafia BBM.

Keempat, Pemerintah Daerah harus terus menerus berkoordinasi dengan aparat hukum supaya dapat melakukan tekanan dalam upaya menindak tegas semua pelaku mafia BBM, baik yang dilakukan oleh oknum masyarakat, terlebih-lebih apabila ada aparat yang juga terlibat didalamnya. Tekanan yang sama juga ditujukan kepada Pertamina dan pengusaha SPBU untuk tidak melakukan praktek mafia BBM dengan cara menimbun BBM yang mengakibatkan kelangkaan di pasaran. Selain itu, mereka juga harus mampu menindak tegas para karyawannya jika ada yang bermain-main dengan persoalan hajat hidup orang banyak ini. Kelangkaan BBM di Bangka Belitung tentu dapat teratasi apabila setiap pelaku ekonomi, mulai dari produsen sampai konsumen mampu berlaku jujur dan mengkedapankan keadilan. Mafia BBM hanya membuat kesengsaraan yang berkepanjangan.


PERTARUNGAN POPULARITAS

Untuk pertama kalinya Pilkada langsung akan diselenggarakan di Kabupaten Belitung. Tumpuan harapan akan kepala daerah yang akan memimpin Belitung sangatlah besar, terutama untuk mengangkat kehidupan masyarakat Belitung yang lebih baik. Meski demikian, pesimisme masyarakat akan adanya perubahan yang lebih berarti di daerah juga tidaklah kecil. Hal ini selain disebabkan oleh pengalaman yang mereka alami selama ini, juga paradigma terhadap pemimpin yang hanya mementingkan pribadi dan golongannya ketimbang masyarakat luas.

Tidaklah mudah menilai, siapapun yang bakal memimpin Belitung lima tahun kedepan akan berbuat lebih baik, sama saja atau lebih buruk. Karena pilihan akan selalu bersifat subjektif, tergantung cara pandang pemilih terhadap orang yang dipilihnya. Ada tiga hal yang secara normatif menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih pemimpin mereka, yaitu pertama seberapa populerkah calon kepala daerah yang diusung, kedua, seberapa jauhkah pasangan calon tersebut pernah berbuat terhadap masyarakat luas, dan ketiga, seberapa besar kesukaan masyarakat terhadap calon tersebut. Perlu dipahami pula bahwa ketiga hal di atas saling berhubungan satu dengan lainnya. Jika seorang calon cukup populer di mata masyarakat, namun kurang berbuat banyak terhadap kehidupan masyarakat atau kurang begitu disukai, maka kecenderungan dipilih sangatlah kecil.

Dalam beberapa hal masyarakat dihadapakan pada suatu realita bahwa mereka tidak mendapatkan calon pemimpin yang memenuhi syarat yang mereka harapkan. Masyarakat tentunya tidak bisa disalahkan apabila masyasrakat mematok standar cukup teinggi terhadap pasangan calon, sebab merakalah yang nantinya akan menjadi panutan dan tumpuan harapan masyarakat. Boleh jadi hal ini disebabkan oleh semakin besarnya pengaruh media terhadap perubahan pola pikir masyarakat, dan boleh jadi juga disebabkan oleh tekanan hidup yang semakin kuat. Namun selama pegaruh tersebut positif, terutama bagi pengetahuan masyarakat akan haknya, maka itu tidak akan menjadi masalah. Tinggal bagaimana sang pasangan calon menyikapi perubahan tersebut.

Incumbent: Persoalan Track Record
Dalam berbagai pemilihan kepala daerah, posisi incumbent selalu memiliki keuntungan ganda. Pertama, seorang incumbent sudah jelas merupakan sosok yang populer di mayarakat. Seorang incumbent merupakan sosok yang paling dikenal karena pernah memipin daerah. Paling tidak orang mengenal namanya, meski belum pernah melihat rupanya. Artinya, bagi seoarang incumbent popularitas bukan lagi masalah dan itu berarti memperkecil ruang sosialisasi personal yang lebih besar. Meskipun dilakukan, itu hanya untuk memperbesar tingkat keterpilihannya di masyarakat. Hal ini jelas berbeda dengan seorang yang bukan incumbent, sebab untuk membuat dirinya dikenal masyarakat, maka dirinya mau tidak mau harus melakukan sosialisasi personal yang besar dan intens.

Kondisi kedua, seorang incumbent adalah pemegang kekuasaan tertinggi di pemerintahan daerah, dan seorang penentu kebijakan. Masyarakat akan mengenalnya sebagai seorang yang pernah berbuat untuk kepentingan masyarakat, meski soal berbuat untuk kepentingan masyarakat ini masih bisa diperdebatkan. Namun setidaknya, selama masa kepemimpinannya berbagai kebijakan dan program telah diimplementasikan. Dan tentu hal ini menjadi catatan bagi masyarakat tentang diri seorang incumbent terutama seberapa besar pengaruh kebijakan dan program yang diimplementasikannya tersebut terhadap perkembangan masyarakat.

Kondisi ketiga, seorang incumbent biasanya memiliki sumber daya yang cukup besar, baik materi maupun pengaruh, sebagai akumulasi dari kepemimpinannya selama ini. Incumbent juga memiliki jaringan yang cukup luas di kalangan elit dan masyarakat. Karena itu, tidaklah terlalu sulit bagi seorang incumbent untuk mengoptimalkan sumber daya tersebut.

Pertarungan Popularitas
Dalam realitasnya, Pilkada pada saat ini tak lebih merupakan ajang pertarungan popularitas semata. Mengapa demikian? Sebab pandangan politik pada beberapa tahun belakangan ini mengarahkan pilihan politik pada sosok/figur, bukan terhadap partai politik. Figur calon menjadi kunci utama dalam memenangkan Pilkada. Dalam penampakan figur seorang calon, maka popularitas seseorang menjadi sangat penting yang karenanya pula mampu memberi pengaruh terhadap pilihan politik masyarakat.

Hal senada pernah pula dilontarkan oleh Bima Arya yang menyarankan kepada masyarakat non partisan agar jangan melihat partainya tapi melihat figur sang calon. Jika percaya bahwa figur itu bisa membawa perubahan yang tidak hanya bagi daerahnya tetapi bagi partai juga, mempunyai komitmen yang baik, anti terhadap politik uang dan kepentingan yang sempit, maka jatuhkanlah pilihan pada orang yang tepat tersebut.

Namun, tingkat popularitas tinggi belum tentu dibarengi dengan tingkat pilihan masyarakat yang tinggi pula. Artinya semua kembali pada pilihan masyarakat kepada siapa pilihannya dijatuhkan.

Hingga tiga bulan ke depan, pertarungan popularitas akan tetap menjadi headline dalam upaya menarik pilihan masyarakat Belitung sebanyak-banyaknya. Bagi mereka yang memiliki sumber daya yang besar, tentu mencari popularitas bukanlah hal yang sulit, terlebih media-media yang ada juga sudah semakin banyak. Akan tetapi terpenting dari itu semua adalah masyarakat akan mendapatkan jaminan kehidupan yang lebih baik dan berkualitas. Selain itu, tuntutan peran yang besar terhadap kepala daerah diharapkan akan memberikan andil yang luas bagi perkembangan demokratisasi di tingkat lokal.

14 Juni 2008

"One little thing can always lead to a really big momentum"

"Sebuah hal kecil bisa saja memberikan dampak terhadap sesuatu yang sangat besar" (namun seringkali tidak kita sadari)

Seperti slogan sebuah kopi instant, memang benar bahwa setiap hal kecil bisa saja menyebabkan hubungan sebab akibat yang menyebabkan dampak yang sangat besar. Saya jadi teringat dengan istilah 'butterfly effect', dimana sebuah kepakan sayap kupu-kupu kecil di Brazil dapat menyebabkan tornado dasyat yang menyapu daratan luas di Texas, dan merubah ritme badai di samudra atlantik, bagaimana prosesnya? Untuk berbagai artikelnya, silakan anda coba cari di Google dengan term pencarian: The butterfly effect by Lorenz

Jadi kita ketahui bahwa di alam ini kita semua saling terkoneksi, saling mempengaruhi, saling memberikan sebab-akibat, saling merubah, dan saling menunjang kehidupan satu sama lain... tanpa kecuali! dan seringkali sebuah peristiwa ataupun keputusan kecil sehari-hari, dapat memberikan dampak besar bagi orang lain dalam skala yang sangat luas dalam jangka waktu yang tidak terbatas, dan mungkin seseorang tadi tidak menyadarinya sama sekali. Jadi apa yang perlu kita lakukan? tidak lain dengan lebih mawas diri, lebih aware atau tersadar akan berbagai hal yang akan dilakukan, pertimbangkan berbagai hal tersebut dengan langkah dan pemikiran ekstra agar menghindarkan negatif efek dan memperbesar peluang terjadinya momentum positif yang lebih besar baik bagi diri kita maupun orang lain di sekitar kita.

www.motivasi-sukses.com

Pilih: Ta’aruf atau Pacaran ….

Dikalangan tertentu pacaran tidak dikenal, pun mereka tahu tetapi cenderung menghindari karena menganggap gaya itu tidak lagi mutlak dilakukan pada masa pranikah. Selain dinilai tidak sesuai dengan norma agama -ini terbukti dari pengalaman sepanjang sejarah keberadaan manusia bahwa pacaran cenderung kelewat batas bahkan tidak sedikit yang amoral- juga berkembangnya pemikiran bahwa satu kesia-siaan saja berjalan bersama orang yang belum tentu 100 % menjadi pasangannya. Ya, bagaimana mungkin bisa meyakinkan bahwa orang yang saat ini berjalan bersamanya memiliki komitmen untuk tetap ‘setia’ sampai ke jenjang pernikahan, la wong sudah sekian tahun berpacaran ternyata wacananya hanya sebatas curhat-curhatan dan take n give yang tak berdasar, tidak meningkat pada satu tindakan gentle, menikah! Atau setidaknya mengajukan surat lamaran ke orangtua si gadis. Berbagai dalih dan argumentasi pun meluncur untuk mengkamuflasekan ketidakgentle-annya itu, yang kemudian semua orang pun tahu itu cuma lips service dari orang yang tidak benar-benar dewasa alias childish.

Kedewasaan, ukurannya tidak terwakili hanya oleh umurnya yang diatas seperempat abad misalnya, tetapi juga pada sikap diri, attitude yang tertampilkan dalam kesehariannya. Dalam dunia pekerjaan, sikap dewasa dapat dilihat dari profesionalisme kerja, termasuk didalamnya kedisplinan. Dalam hubungan interelasi, bijaksana, proporsional dalam bersikap dan berbicara bisa jadi satu parameter kedewasaan. Nah yang menjadi masalahnya kemudian, tidak sedikit orang yang seharusnya bersikap dewasa justru memamerkan sifat kekanakkan saat berkesempatan bersama pasangannya, sikap yang dipraktekkan secara tidak proporsional dari ungkapan kasih sayang dan pengorbanan.

Orang terlihat dewasa mungkin hanya dari fisiknya saja, namun sisi lainnya seringkali luput dari perhatian. Padahal kedewasaan jelas meliputi beberapa aspek yang sekiranya patut diperhatikan dalam memilih pasangan yang kelak dinominasikan untuk menjadi pasangan hidup. Dewasa secara fisik, dimana organ-organ reproduksi telah berfungsi secara optimal yang ditandai dengan produksi sperma yang baik pada pria dan produksi sel telur yang memadai pada wanita. Selain perkembangan sel-sel otot tubuh menandakan –sekaligus membedakan- pria dan wanita. Dewasa secara psikologis, yang ditandai dengan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan konflik-konflik yang terjadi dalam kehidupan, serta mampu menjalani hubungan interdependensi. Ini penting untuk diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan bersama dalam pernikahan. Dewasa secara sosial-ekonomi ditampakkan dalam kemampuan seseorang untuk membiayai kebutuhan hidup yang layak sebagai suami-istri. Tentu hal ini terkait dengan adanya pekerjaan yang jelas serta penghasilan yang tetap, serta kesadaran akan meningkatnya biaya kehidupan dari waktu ke waktu seiring dengan bertambahnya anggota keluarga kelak.

Berdasarkan aspek kedewasaan diatas, maka wajarlah jika disatu sisi justru ada orang yang enggan berpacaran. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa pacaran selain tidak diajarkan dalam agama Islam karena melanggar norma yang digariskan, juga dianggap ‘buang-buang waktu’, ‘wujud ketidakgentle-an’, ‘aktifitas sia-sia’ dan lain-lain. Namun sekedar diketahui, bahwa diluar itu ada sebagian yang memang benar-benar takut untuk mencintai, dicintai dan bahkan takut jatuh cinta. Dalam psikologi, orang-orang ini mungkin dianggap terkena sindrom fear of intimacy, satu kondisi yang disebabkan oleh ketakutan yang teramat sangat untuk menerima resiko kenyataan di kemudian hari. Seperti ditulis astaga.com, menurut psikolog Robert W Firestone dan Joyce Catlett, fear of intimacy ini adalah salah satu perwujudan dari pertahanan psikologis, yang lebih merupakan cermin dari pikiran dan sikap negatif atas hal-hal yang dilihat dan dipelajarinya waktu kecil.

Maka kemudian, Islam mengenal ‘pacaran’ dalam kemasan yang berbeda. Ustadz Ihsan Arlansyah Tanjung, konsultan keluarga sakinah di situs eramuslim sering mengatakan bahwa pacaran akronim dari ‘pakai cara nikah’. Ya, Islam hanya mengajarkan bentuk-bentuk curahan kasih sayang dan cinta itu setelah melalui satu proses sakral yakni pernikahan. Sementara proses pranikah yang dilakukan untuk saling mengenal antara calon pria dan wanita biasa disebut proses ta’aruf (perkenalan). Yang penting dari ta’aruf adalah saling mengenal antara kedua belah pihak, saling memberitahu keadaan keluarga masing-masing, saling memberi tahu harapan dan prinsip hidup, saling mengungkapkan apa yang disukai dan tidak disukai, dan seterusnya. Kaidah-kaidah yang perlu dijaga dalam proses ini antar lain nondefensif, tidak bereaksi berlebihan pada feedback negatif, serta terbuka untuk mencoba pengalaman-pengalaman baru, Jujur, tidak curang, berbohong dan punya sense of integrity yang kuat, Menghormati batas-batas, prioritas dan tujuan calon pasangan yang menyangkut diri mereka maupun tidak, Pengertian, empati, dan tidak mengubah pasangannya sedemikian rupa serta tidak mengontrol, manipulatif, apalagi mengancam pasangan dalam bentuk apa pun.

Dalam tahap ini anda dan dia bisa saling mengukur diri apakah cocok satu sama lain atau tidak. Masing-masing pihak masih harus sama-sama membuka options/kemungkinan batal atau jadi. Maka umumnya dilakukan tanpa terlebih dahulu melibatkan orangtua agar tidak menimbulkan kesan ‘harga jadi’ dan tidak ada lagi proses tawar menawar, sehingga jika pun gagal/batal tidak ada konsekuensi apa-apa. Karena jika sudah sampai menemui orangtua berarti secara samar maupun terang-terangan seorang pria sudah menunjukkan niat untuk memperistri si wanita. Yang perlu jadi ingatan, seringkali pasangan-pasangan itu terjebak dalam aktifitas pacaran yang terbungkus sampul ta’aruf. Apa namanya bukan pacaran kalau ada rutinitas kunjungan yang melegitimasi silaturahmi dengan embel-embel ‘ingin lebih kenal’.

Jika sudah mantap atas pilihan masing-masing barulah kemudian melibatkan orang tua dalam proses selanjutnya, lamaran (khitbah). Untuk khitbah tak ada aturan yang kaku, yang penting dalam masa penjajagan keduanya berkenalan dan saling mengungkap apa yang disukai dan tidak disukai, saling mengungkap apa visi misi dalam pernikahan dan seterusnya. Tentunya khitbah harus tetap mengikuti aturan pergaulan Islami, tak berkhalwat, tak mengumbar pandangan, tak menimbulkan zina mata, hati (apalagi badan), tak membicarakan hal-hal yang termasuk kejahatan dan sebagainya.

Yang perlu disadari, khitbah mirip jual beli, dalam masa tawar menawar bisa jadi, bisa juga batal. Pembatalannya harus tetap sopan menurut aturan Islami, tidak menyakiti hati dengan kata-kata yang kasar, tidak membicarakan aib yang sempat diketahui dalam khitbah kepada orang lain. Namun sebagaimana jual beli harus ada prinsip kedua belah pihak ridho. Khitbah baru bisa berlanjut ke pernikahan jika kedua pihak ridho, jika salah satu membatalkan proses tawar menawar maka pernikahan tak akan jadi. Kalaupun dibatalkan (meski mungkin menyakitkan), harus ada alasan yang kuat untuk salah satu pihak membatalkan rencana nikah yang sudah matang. Sebab Islam melarang ummatnya saling menyakiti tanpa alasan. Jadi jika ada yang ragu (dengan alasan yang benar) sebelum menikah, sebaiknya membatalkan sebelum terlanjur.
Adapun jarak antara khitbah dan akad nikah, tidak ada aturan yang menjelaskan harus berapa lama, tentu dalam hal ini masing-masing pihak bisa mengukurnya sendiri. Satu hari bisa jadi sudah deadline bagi pria-wanita yang sudah sedemikian menggebunya hingga khawatir terjerumus kepada dosa zina. Namun jika bisa merasa ‘aman’ dengan menunda beberapa waktu tidak masalah.

Jadi, jika segalanya sudah terencana dengan matang dan baik, seperti kata seorang bijak, jika berani menyelam ke dasar laut, mengapa terus bermain di kubangan, kalau siap berperang mengapa cuma bermimpi menjadi pahlawan … Wallahu a’lam bishshowaab

islamonline.com

40 Keistimewaan Waita

Istimewanya Wanita :

Menurut Islam, do’a wanita lebih makbul daripada do’a pria kerana sifat penyayang seorang wanita yang lebih kuat daripada pria.

Ketika ditanya kepada Rasulullah S.A.W. akan hal tersebut, jawab baginda: “Ibu (wanita) lebih penyayang daripada bapak (pria) dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia.”

Berikut adalah 40 (empatpuluh) keistimewaan Wanita menurut Islam.
1.Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 70 orang pria yang soleh.
2.Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis kerana takutkan Allah S.W.T. dan orang yang takutkan Allah S.W.T. akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
3.Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak pria. Maka barang siapa yang menyukakan anak perempuan seolah- olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail A.S.
4.Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah S.A.W.) di dalam syurga.
5.Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.
6.Daripada Aisyah r.a. “Barang siapa yang diuji dengan se Suatu daripada anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
7.Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
8.Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapamu, maka jawablahpanggilan ibumu dahulu.
9.Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
10.Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya dan direkannya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).
11.Aisyah r.a. berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W., siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita?
Jawab baginda, “Suaminya.”
“Siapa pula berhak terhadap pria?” tanya Aisyah kembali,
Jawab Rasulullah S.A.W. “Ibunya.”
12.Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana sahaja yang dia kehendaki.
13.Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T. memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun).
14.Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T. mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
15.Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T. mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah S.W.T.
16.Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
17.Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.
18.Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah S.W.T. memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah S.W.T.
19.Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.
20.Seorang wanita yang jahat adalah lebih buruk dari pada 1,000 pria yang jahat.
21.2 rakaat solat dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat solat wanita yang tidak hamil.
22.Wanita yang memberi minum air susu ibu (asi) kepada anaknya daripada badannya (susu badannya sendiri) akan dapat satu pahala dari pada tiap-tiap titik susu yang diberikannya.
23.Wanita yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan mendapat pahala jihad.
24.Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat isterinya dengan kasih sayang akan dipandang Allah dengan penuh rahmat.
25.Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70,000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat daripada yakut.
26.Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari kerana menjaga anak yang sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadat.
27.Wanita yang memerah susu binatang dengan “bismillah” akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.
28.Wanita yang menguli tepung gandum dengan “bismillah”, Allah akan berkatkan rezekinya.
29.Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti meyapu lantai di baitullah.
30.Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.
31.Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadat pada malam hari.
32.Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mengurniakan satu pahala haji.
33.Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid.
34.Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun solat.
35.Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo(2½ thn),maka malaikat-malaikat dilangit akan khabarkan berita bahwa syurga wajib baginya.
36.Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun solat dan puasa.
37.Jika wanita memicit/mijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 tola emas dan jika wanita memicit suami bila disuruh akan mendapat pahala 7 tola perak.
38.Wanita yang meninggal dunia dengan keredhaan suaminya akan memasuki syurga.
39.Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.
40.Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya yaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.

09 Juni 2008

Jangan Takut Bilang Cinta

Tatkala usia terus merangkak naik sementara calon suami tak kunjung datang, segera keresahan mulai melanda. Pada masa-masa yang terbilang cukup rawan ini seringkali tanpa disadari, ada perilaku-perilaku yang mestinya tak layak dilakukan oleh seorang muslimah yang 'kadang' dijadikan teladan dilingkungannya. Ada muslimah yang menjadi sangat sensitif terhadap acara-acara pernikahan ataupun wacana-wacana seputar jodoh dan pernikahan. Atau bersikap seolah tak ingin segera menikah dengan berbagai alasan seperti karir, studi maupun ingin terlebih dulu membahagiakan orang tua. Padahal, hal itu cuma sebagai pelampiasan perasaan lelah menanti jodoh.

Sebaliknya, ada juga muslimah yang cenderung bersikap over acting. terlebih bila sedang menghadiri acara-acara yang juga dihadiri lawan jenisnya. Biasanya, ia akan melakukan berbagai hal agar “terlihat”, berkomentar hal-hal yang tidak perlu yang gunanya cuma untuk menarik perhatian, atau aktif berselidik jika mendengar ada laki-laki shaleh yang siap menikah. Seperti halnya wanita dimata laki-laki, kajian dengan tema “lelaki” pun menjadi satu wacana favorit yang tak kunjung usai dibicarakan dalam komunitas muslimah.

Haruskah terus menerus bersikap membohongi diri seperti contoh pertama diatas. Betapa lelahnya kita ketika harus berbuat seperti itu sementara seolah tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain menunggu dan berharap semoga Allah segera mendatangkan pilihan-Nya. Atau masihkah tidak merasa malu untuk menghinakan diri dengan aksi
over acting dan 'caper'.

Menurut Fauzil Adhim, banyaknya muslimah yang belum menikah di usianya yang sudah cukup rawan bukannya tidak siap, tetapi karena mereka tidak pernah mempersiapkan diri. Kesiapan disini, termasuk di dalamnya adalah
kesiapan untuk menerima calon yang tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan sebenarnya, meski jika ditilik kembali sesungguhnya lelaki tersebut sudah memiliki persyaratan yang 'sedikit' lebih dibanding lelaki biasa. Misalnya, setidaknya sholatnya benar, akhlaqnya baik, tidak berbuat syirik dan pergaulannya tidak jauh dari orang-orang shaleh. Artinya, lanjut Fauzil, tidak usah mematok kriteria terlalu tinggi. Walaupun sebenarnya, sah-sah saja untuk melakukannya.

Pada keadaan tertentu, seringkali para muslimah seperti tidak berdaya mengatasi kelelahannya mencari -menunggu- jodoh.
Padahal, ada satu hal yang boleh dan sah saja untuk dilakukan oleh seorang muslimah, yakni menawarkan diri untuk dipinang. Hanya saja, selain masih banyak yang malu-malu membicarakannya, banyak pula yang menganggap hal ini sebagai sesuatu yang tabu, karena tidak pernah dicontohkan oleh para orang tua kita. Asalkan pada lelaki yang baik-baik, dalam pandangan Islam sah-sah saja wanita menawarkan diri untuk dipinang.

Senada dengan Fauzil Adhim, Ustadz Ihsan Tanjung dalam salah satu rubrik konsultasi keluarga pernah mengatakan, seorang muslimah sebaiknya mengungkapkan perasaannya -keinginannya untuk dilamar- kepada seorang lelaki shaleh yang menjadi pilihannya, ketimbang dia lebih mungkin terkena dosa zina hati karena terus menerus mengharapkan si lelaki tanpa kejelasan atau kepastian.

Hanya saja, yang mungkin perlu diperhatikan adalah seberapa tinggi daya tawar yang dimiliki oleh para muslimah itu ketika dia harus mengungkapkan perasaannya. Pertanyaan yang sering muncul adalah "seberapa pantas dirinya" saat meminta si lelaki untuk melamar dan menikahinya. Untuk hal ini, sepantasnya bukan kata-kata terlontar dari mulut untuk mengkhabarkan kepantasan diri. Namun, dengan mempertinggi kualitas keshalehahan tanpa mengagungkan kecantikan wajah, mengkedepankan akhlaq yang baik sebagai pakaian sehari-harinya disamping juga ia perlu membenahi penampilannya untuk sekedar meningkatkan kepercayaan diri, dan menjaga mata pandangannya untuk selalu bercermin kepada hati, karena disanalah cinta dapat berkembang.

Bagi mereka, Kepentingan menghaluskan wajah tidak mengalahkan kepentingannya untuk menghaluskan jiwanya,
karena kecantikan yang murni justru terpancar dari jiwa yang cantik (inner beauty). Kecantikan seperti inilah yang senantiasa tumbuh sepanjang waktu. Jika hal-hal itu sudah dipersiapkan sebaik mungkin dan terpatri menjadi hiasan diri, maka melangkahlah untuk menjemput impian. Namun demikian, perlu juga rasanya untuk melatih menata hati dan berjiwa besar jika terpaksa harus bertepuk sebelah tangan atau menerima kenyataan diluar harapan. Wallahu a'lam bishshowaab

(eramuslim.com)

26 Mei 2008

maaf

Maaf sudah sekian lama tidak memposting artikel. Ini disebabkan oleh kesibukan yang cukup melelahkan. Mungkin selanjutnya tetap konsisten dalam menuangkan pikiran, ide atao apaun ke dalam blog ini.

11 April 2008

Republik Tidur

Pimpinan bagaimana dapat memimpin rakyat kalau tidur! Malu dengan rakyat yang memilih. Untuk mendengarkan pembicaraan untuk rakyat saja tidur! Jangan main-main dengan tangung jawab. Berdosa, bersalah dengan rakyat,". Kira-kira demikian omongan Presiden di hadapan para kepala daerah yang kedapatan tidur saat Presiden sedang berpidato tentang penghematan anggaran di gedung Lemhanas kemarin (8/4).

Tidur sebetulnya hanyalah masalah sepele. Ketika kelelahan atau mengantuk, tidur sangatlah dianjurkan. Tetapi lain ceritanya jika tidur (atau tertidur) dihadapan Presiden yang sedang berpidato, urusan bisa lebih runyam. Bisa jadi kemarahan Presiden tersebut merupakan akumulasi dari kekecewaan Presiden karena merasa dilecehkan dan tidak didengarkan ketika sedang berbicara tentang persoalan rakyat.

Namun, banyak para ahli yang mengatakan bahwa sebetulnya Republik ini selalu tertidur. Fenomena tidurnya para kepala daerah tersebut hanyalah fenomena kecil. Bagaimana dengan para anggota dewan yang juga kebanyakan tertidur di saat sidang-sidang yang sedang membahas tentang persoalan rakyat? Apakah mereka merasa malu, bersalah dan berdosa kepada rakyat karena perilakunya itu? Mungkin pula rasa itu sudah hilang karena persoalan penyelesaian kantuknya jauh lebih penting ketimbang menyelesaikan persoalan rakyat.

Persoalan rakyat selama ini tidak selesai-selesai memang bukan karena wakil rakyat pada tidur – dalam arti harfiah. Ketidakselesasian masalah rakyat lebih disebabkan oleh komplekstitas kepentingan yang ada di parlemen dan mereka tidak segera sadar bahwa perilaku mereka akan semakin menyengsarakan rakyat. Mereka tidur dan bermimpi indah dalam dekapan manis kekuasaan. Posisi sebagai anggota tentunya dirasakan sangat nyaman, prestisius dan terhormat. Jika tidak, tentu tidak akan diperebutkan.

Kenyamanan identik dengan kemapanan. Namun, seringkali kemapanan membuat orang menjadi terlena. Sementara, kemapanan, kehormatan dan prestius merupakan manifestasi riil dalam kekuasaan politik. Karena itu, seseorang yang berada dalam pusat kekuasaan dan bahkan menjadi bagian penting dalam kekuasaan tersebut akan memiliki semua itu. Perebutan kekuasaan tak lain merupakan upaya untuk mendapat keadaan tersebut.

Republik Tidur

Mungkin saja memang bangsa ini selalu tertidur, sehingga persoalan rakyat tidak segera terselesaikan. Ketika negara lain sudah mengaplikasikan suatu teknologi yang mutakhir, sementara negara ini masih berkutat pada kebobrokan dan kekurangpedulian pemimpin negara terhadap kepentingan rakyat. Di saat negara lain sudah memanfaatkan sumber daya yang ada untuk kemaslahatan rakyatnya, sementara negeri ini masih sibuk dengan fenomena pejabatnya yang memperkaya diri sendiri.

Republik ini bukanlah republik mimpi, yang hanya dengan mimpi dapat segera merubah keadaan seperti yang diinginkan. Atau hanya dengan bermimpi kemudian negeri ini “simsalabim” berubah menjadi lebih baik. Masalah kelaparan, gizi buruk, Lapindo Brantas, hingga persoalan KKN adalah kenyataan bahwa negeri masih belum bangun dari tidurnya. Hal ini masih ditambah dengan l
emahnya tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang pada akhirnya menyeret kepada keruntuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Konflik politik dan sosial berkembang. Rasa percaya diri, rasa saling percaya, sikap bersaudara dan saling membantu memudar. Harapan hidup yang lebih baik serasa pula terus memudar. Kehidupan bersama serasa meluruh, kehilangan orientasi, dan kehilangan visi. Kehidupan berbangsa dan bernegara serasa kehilangan masa depan.

Orang-orang yang selama ini ditumpukan harapan juga terlalu sibuk dengan kepentingannya sendiri. Mereka berparodi dengan mengatasnamakan rakyat dan mencoba menampilkan sisi baik. Memang tidak semua, tetapi mengapa tidak semuanya bisa berbuat baik? Keadaan rakyat yang banyak masalah tentu tidak bisa ditunda penyelesaiannya, apalagi hanya dengan wacana-wacana dan distorsi politik yang tidak semua orang bisa memahaminya.

Hayo...bapak-bapak/ibu-ibu pemimpin rakyat, bangun dan mulai bangkit, jangan tidur terus. Kasihan rakyat karena pemimpinnya lebih banyak mengurusi kantuknya ketimbang persoalan rakyat.


10 April 2008

Sebuah Refleksi

Mari mengambil sedikit waktu untuk refleksi dan mencoba merenungkan atau menjawab beberapa hal yang akan disampaikan berikut ini. Yang bertujuan mengaktivasi pusat motivasi, rasa keyakinan dan sistem pencapaian tujuan dalam diri Anda.

1. Bila Anda diberitahu bahwa Anda tidak akan gagal dalam upaya apapun yang akan Anda lakukan, hal apakah yang pertama kali akan Anda lakukan?
2. Bila Anda diberi kekuasaan untuk mendapatkan apapun yang Anda inginkan, hal apa saja yang ingin Anda raih sesegera mungkin?
3. Bila Anda memiliki kemampuan untuk membantu siapa saja untuk dapat lebih baik lagi, hal apakah yang akan Anda lakukan, dan siapa sajakah yang akan anda bantu tersebut?
4. Bila Anda berkesempatan untuk menjadi seorang yang sangat ahli dalam sebuah bidang atau keahlian, bidang apakah yang Anda pilih, dan bagaimana Anda akan mengaplikasikan keahlian Anda?
5. Bila Anda telah mencapai seluruh angan-angan dan target dalam hidup, sikap (mental dan batin) seperti apakah yang akan Anda terapkan sehari-hari, dan bagaimanakah Anda akan menyikapi waktu?

Renungkanlah baik-baik, karena melalui point-point di atas Anda akan dapat mencapai sebuah kondisi mental dan internal yang biasanya dimiliki oleh orang-orang besar dan sukses. Sebagaimana telah sering disampaikan, dalam diri Anda (dan kita semua), memiliki potensi yang sangat besar dan hanya akan dapat berguna bila kita bersedia menyadari, merasakan dan mendayagunakannya. Selamat merenungkan dan merasakan intensitas positif yang muncul di benak Anda.

Kekuatan Manusia

"Salah satu kekuatan terbesar manusia adalah kehendak bebas untuk melakukan penciptaan ataupun penghancuran".

Baik disadari ataupun tidak, seorang manusia memiliki potensi kekuatan yang amat besar pada dirinya terkait dengan 'free will' untuk menciptakan ataupun menghancurkan sesuatu. Pada contoh ekstrem, 'seorang' manusia dengan kondisi nalar dan rasionalisasi tertentu, dapat memutuskan untuk meledakkan bom yang demikian destruktif dan memberikan bencana besar bagi banyak manusia lain, dilain pihak, 'seorang' manusia bisa memutuskan untuk mendedikasikan hidupnya untuk sebuah penelitian untuk menemukan/menciptakan serum/vaksin yang dapat menolong jiwa banyak manusia di dunia.

Terlepas dari contoh ekstrem tersebut, banyak manusia hidup tanpa menyadari potensi tersebut, dimana kita tidak menyadari betapa kompeten-nya manusia dalam menciptakan sesuatu yang baik dan berguna bagi diri sendiri dan orang lain/masyarakat, dan lebih buruk lagi kita tanpa sadar melakukan proses destruktif terhadap hidup sendiri dengan berbagai pola hidup, emosi, sikap dan pola pikir yang destruktif seperti kecemasan, kekuatiran, rasa tidak percaya diri, penundaan, dan lain sebagainya.

Kini terserah pada Anda, sejauh mana Anda ingin dan akan memberdayakan potensi penciptaan yang telah Anda miliki untuk mencapai dan meningkatkan kesuksesan & keberhasilan diri Anda.

http://www.motivasi-sukses.com

Potensi Manusia

"Manusia memiliki kemampuan dan potensi untuk menciptakan hal-hal yang
jauh lebih besar dari pada dirinya sendiri"

Bila Anda berjalan menyusuri kota, cobalah simak betapa banyak gedung tinggi pencakar langit, infrastruktur jalan raya/layang, monumen dan lain sebagainya. Bila kita sadari, sesungguhnya segala hal yang ada tersebut adalah merupakan buah karya dari manusia sendiri, bahkan hanyalah dari pemikiran seorang manusia saja pada awalnya, yang dengan perencanaan, sumber daya yang memadai termasuk sumber daya manusia, terciptalah karya-karya yang megah dan tampak seakan bukan produk dari pemikiran seorang manusia, namun kenyataannya memanglah demikian!

Berbagai karya besar, bersejarah, megah, canggih dan kompleks merupakan hasil pemikiran dari seorang manusia saja pada awalnya.

Kabar baiknya, kita semua adalah manusia, dan dengan kapasitas pemikiran
yang kita miliki, kita juga mampu menghasilkan sesuatu yang besar! Jadi mulailah berpikir untuk menciptakan sesuatu yang superior, megah, jauh dari apa yang biasanya difikirkan/dihasilkan oleh kebanyakan orang, dari sinilah Anda akan menemukan sukses besar!

06 Februari 2008

MEDIA, POLITIK DAN OPINI PUBLIK

Keberadaan media massa dewasa ini telah dapat membawa angin perubahan yang signifikan bagi perkembangan kehidupan manusia. Satu sisi, manusia adalah mahluk individu, dan di sisi lain manusia juga membutuhkan orang lain dalam relasi sosial hidup bersama dan bermasyarakat. Sehingga, kehadiran media massa dianggap bisa membantu manusia untuk berinteraksi antara satu dengan lainnya.

Salah satu sifat dasar manusia adalah rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu. Kebutuhan itu semakin dirasakan di tengah dinamika kehidupan yang terasa berputar cepat. Di sinilah media massa berperan, terutama dalam memberikan akses bagi orang-orang untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan. Seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia yang semakin kompleks, peran media pun semakin berkembang. Artinya, media tidak hanya berperan memberikan akses informasi semata, bahkan lebih dari sekedar itu, peran media sudah menembus alam bawah sadar manusia, sehingga secara tidak sadar apa yang diucapkan dan dilakukan manusia merupakan dampak dari pengaruh media.

Media dan Pengaruh Sosial
Tayangan di televisi, misalnya, bukanlah sekedar tayangan biasa yang tidak memiliki pengaruh apapun. Ketika seorang anak kecil berlagak seperti seorang super hero, lengkap dengan atribut yang dikenakannya, adalah karena anak tersebut dipengaruhi oleh tayangan yang dia tonton. Atau ketika seorang ibu yang lebih suka menggunakan suatu produk, dan tidak ingin menggantinya dengan produk yang lain, juga karena disebabkan oleh pengaruh media yang mengiklankan produk yang dia sukai. Begitu pula halnya dengan media dengar, seperti radio. Banyak sudah contoh-contoh yang mengindikasikan betapa radio juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk tindakan seseorang.

Di era globalisasi saat ini, peranan media, bahkan, sudah menjadi trendsetter atas kemajuan yang ada. Ini adalah realitas bahwa peran media sekarang dan untuk yang akan datang sungguh luar biasa. Seseorang yang bukanlah siapa-siapa sebelumnya, dengan dukungan media, dia menjadi seorang bintang yang bersinar. Di sisi lain, media bahkan juga berperan dalam mempengaruhi opini publik. Kita tentu masih ingat, bagaimana partai politik-partai politik yang bertarung dalam Pemilu 2004 yang lalu sangat gencar mempengaruhi pemilih dengan menggunakan media massa sebagai sarana sosialisasi. Begitu pula halnya ketika AS dan sekutunya mencitrakan Islam dan negara-negara Islam sebagai teroris, sedikit banyak media ikut berperan di dalamnya.

Tidak mengherankan jika sekarang banyak kalangan berpendapat bahwa bila ingin menguasai dunia, maka kuasailah media. Sebab, dengan menguasai media, mereka dengan “bebas” dapat mempengaruhi opini publik. Dunia sudah tidak lagi sebesar sekarang. Dunia sudah berubah menjadi kecil dan hanya selebar monitor televisi, seluas halaman koran, bahkan sebesar kepingan CD. Ini semua berkat pengaruh media, sehingga dunia tidak ubahnya seperti kampung global.

Media merupakan organisasi, baik pemerintah maupun swasta, yang bertugas memberi informasi kepada publik. Di zaman modern, instrumen media meliputi koran, majalah, televisi, radio, dan lain sebagainya. Fungsi media cukup banyak, terdiri atas melaporkan fakta dan memberikan informasi, mendidik publik, memberi komentar, dan menyampaikan dan membentuk opini publik (Legowo, dkk, 2000: 7-8). Lebih jauh lagi, media juga berfungsi mengkritik, mengatur dan “mengontrol” pemerintah (termasuk polisi dan militer), serta pegawai negeri dan semua pelaku politik, kader partai yang terpilih maupun tidak terpilih, dan wakil LSM. Pendeknya, semua orang yang beraksi dalam lingkup publik. Karena itu, saat ini media merupakan faktor sentral dalam membentuk opini publik (Legowo, dkk, ibid: 8).

Media, Politik dan Opini Publik
Dunia politik hampir tidak dapat dipisahkan dari opini publik sebagai salah satu objek politik dan media sebagai sarananya. Dalam Pemilu kemarin, misalnya, sangat menarik melihat bagaimana media membentuk dan mempengaruhi opini publik, termasuk hubungan yang terjalin antara media dengan pelaku politik, seperti politisi, partai politik dan masyarakat umum. Iklan-iklan politik peserta Pemilu banyak bermunculan menjajakan platform-nya. Pertanyaannya, dalam konteks politik, bagaimana media dapat membentuk dan mempengaruhi opini masyarakat, sehingga secara mayoritas publik menerima semua keputusan-keputusan politik, atau dalam konteks Pemilu, menyebabkan masyarakat dengan mantap menetapkan pilihan kepada parpol tertentu? Namun, sebelum melangkah lebih jauh, apa sebetulnya opini publik itu?

Opini publik merupakan pandangan orang banyak yang tidak terorganisasi, tersebar di mana-mana, dan karena kesamaan pandangan terhadap sesuatu, mereka secara sadar atau tidak dapat bergerak serentak dan bersatu-padu menyikapi sesuatu tersebut. Untuk itu, opini publik bisa diciptakan dan direncanakan. Seringkali - kalau tidak selalu - muatan berita sebuah media massa bermisi pembentukan opini publik. Jika sekarang lebih banyak orang memandang Usamah bin Ladin sebagai seorang teroris, hal itu karena tulisan yang membentuk opini publik Usamah sebagai teroris lebih banyak dan dominan ketimbang tulisan yang menyanjungnya sebagai pejuang pembela Islam. Untuk membentuk opini publik, yang perlu dilakukan hanyalah mengintensifkan informasi yang harus sampai ke publik sesuai yang diinginkan. Misalnya, jika ingin membentuk citra yang baik tentang organisasi A, maka ekspos terus-menerus kiprahnya yang baik-baik (Jend. Romel, pesantren.net: 15-05-2002). Dengan demikian, opini publik dapat mengandung kesan positif maupun negatif, tergantung pada kepentingan orang atau lembaga yang mengarahkan media untuk mencitrakan kesan tersebut.

Dalam penyelenggaraan Pemilu yang lalu, kiprah media dalam menyusun – lebih tepatnya membentuk opini masyarakat – tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Masyarakat lebih mengenal suatu partai politik, proses dan mekanisme Pemilu, dan tetek bengek lainnya, lebih banyak mengetahuinya melalui media. Pemilu 2004 dianggap sukses apabila publik memilih partai dan kandidat yang bisa menyelenggarakan negara sesuai dengan cita-cita bangsa. Karenanya, publik membutuhkan informasi yang berkualitas tentang semua peserta Pemilu, sehingga menjadi pemilih yang well informed. Di sinilah kemudian media memainkan peranan sangat krusial (hal ini diungkapkan oleh Victor Penayang, dalam diskusi berjudul “Partai Politik, Pemilu dan Media Massa”, 8 Februari 2004).

Peranan media tidak berhenti di situ saja, namun akan terus berlanjut hingga Pemilu usai. Pemilu yang nantinya akan menghasilkan elit-elit politik, dan dengan demikian memiliki kekuasaan untuk menyelenggarakaan pemerintahan negara, maka peran media adalah mengawasi dan memberikan informasi kepada publik atas aktivitas-aktivitas dan keputusan-keputusan politik yang dilakukan oleh para elit politik tersebut. Aktivitas dan keputusan politik akan menjadi sentra perhatian dan secara tidak langsung akan membentuk opini dalam masyarakat.

Dalam mekanisme demokrasi, publik merupakan penguasa. Setiap keputusan-keputusan politik yang dihasilkan dan mengikat semua orang haruslah diketahui terlebih dahulu oleh publik (masyarakat). Publik tentunya akan merespon keputusan tersebut, apakah sesuai dengan aspirasi mereka atau tidak. Respon tersebut kemudian menjadi pedoman bagi para elit untuk memperbaiki keputusan yang mereka keluarkan, begitu seterusnya hingga masyarakat (publik) akan menerima keputusan tersebut. Terhadap semua itu, tentunya medialah yang berperan sebagai sarana perantara dalam menginformasikan semua keputusan yang dihasilkan elit dan untuk mendapatkan respon dari publik, agar terjadi kesempurnaan atas keputusan tersebut.

Dewasa ini, proses pembentukan opini publik sangat dipengaruhi oleh partai politik itu sendiri. Pimpinan partai politik akan menentukan dan memformulasikan isu politik yang ada. Hal ini kemudian akan disampaikan ke publik, dan mempengaruhi opini publik serta membentuk persepsi publik. Saat ini media telah mengambil alih sebagian dari peran tersebut. Program-program acara, seperti talkshow, dan sebagainya di televisi maupun di radio menjadi sarana efektif adalam membentu opini publik. Bersamaan dengan itu, merekapun akan menjadi sarana untuk menyebarkan pengaruh dalam membuat keputusan politik.

Meski demikian, bukan berarti media tidak memiliki kekurangan. Dr. Rainer Adam, dalam tulisannya yang berjudul “Media dan Politik”, mengindikasikan beberapa kekurangan media dalam meliput kegiatan politik dan pasar politik. Bahwa media seringkali mempunyai kecenderungan untuk menyederhanakan, personalisasi dan emosional. Karenanya tak heran apabila media sering dimanfaatkan oleh orang-orang yang berkepentingan dan mengembangkan hubungan simbiotik dengan jurnalis dalam memproduksi kegiatan dan acara media (dalam T.A. Legowo, 2000: 13).

Namun, terlepas dari semua itu, media tetap memiliki arti penting bagi publik. Tanpa media, publik tentu akan mengalami kebutaan informasi, dan jika terjadi demikian, maka publik akan menjadi objek politik yang bisa diperlakukan sewenang-wenangnya. Netralitas media sangat penting dalam meminimalisir dimanfaatkannnya media untuk kepentingan tertentu, meski netralitas mediapun hingga saat ini, masih dalam perdebatan yang panjang.

Perempuan Juga Manusia

Rasanya waktu seakan berjalan lambat dalam sebuah diskusi yang menurutku biasa-biasa saja. Sebetulnya diskusi tersebut cukup menarik bertemakan ”Perempuan dan Kekuasaan”. Hanya saja mungkin badanku terlalu capek, sebab hari ini aku ada tiga mata kuliah yang harus dihadiri. Belum lagi malamnya aku hanya tidur tidak lebih dari empat jam. Praktis di dalam kelas aku seperti antara sadar dan tidak mendengarkan dosen berbicara tentang mata kulaih yang diampunya.

Seperti yang kubilang tadi, tema ”Perempuan dan Kekuasaan” cukup menarik untuk didiskusikan.

”Perempuan adalah objek kekuasaan. Sistem patriarki yang berlangsung sejak lama menempatkan perempuan dalam subordinat laki-laki. Dan ini terus menerus berlangsung. Oleh karena itu, pandangan terhadap kekuasaan harus diubah. Sebab posisi perempuan dan laki-laki adalah sejajar. Perempuan dan laki-laki dapat menjadi mitra yang equal,”demikian salah seorang pembicara menyampaikan pendapatnya dalam forum tersebut.

Strong women adalah sebuah istilah yang ditujukan bagi perempuan yang gigih. Namun, strong women bukan berarti melupakan karakter diri dari perempuan. Agaknya menarik juga untuk didiskusikan sebuah opini kontroversi dimana terdapat dua tanda dalam diri perempuan, pertama, dia lemah dan yang kedua, suka menangis.

Lemah seringkali diartikan sebagai ketidakberdayaan, baik fisik maupun mental. Sementara menangis merupakan efek atau manifestasi dari ketidakberdayaan itu. Menangis adalah kondisi terendah dari kelemahan yang ditunjukkan oleh perempuan. Pertanyaannya adalah apakah lemah yang dimaksud merupakan sifat kodrati, yang timbul dan terlahir karena ciptaanNya atau sebetulnya lebih merupakan stigma yang terus menerus dikembangkan dari proses dominasi pria terhadap perempuan? Kemudian apakah menangis pertanda lemah?

Jika lemah merupakan sifat kodrati hasil ciptaan Tuhan, dengan demikian maka logika akan berkata bahwa ternyata Tuhan itu bergolongan pria. Dia ciptakan perempuan bersifat lemah karena tidak ingin perempuan lebih perkasa dari golonganNya sendiri. Tetapi agaknya ini anggapan yang naif sebab bukankah Tuhan Maha Pencipta yang sempurna.

Pastinya, pandangan subjektif kaum pria memiliki kontribusi yang besar dalam menjustifikasi demikian agar mungkin saja ada keseimbangan sebagaimana pria lebih mengkedepankan rasionalitas, sementara perempuan lebih mengkedepankan perasaan.

Benarkah? Sulit untuk dibuktikan memang. Namun yang jelas jangan tanya saya. Saya pria. Secara pribadi, saya tidak setuju kalau lemah diartikan sebagai ketidakberdayaan, baik fisik maupun mental. Perempuan hamil menahan beban selama kurang lebih sembilan bulan apa bisa dikatakan lemah? Kemudian melahirkan yang konon kata perempuan yang sudah mengalami, sakitnya hampir seperti nyawa pada waktu hendak dicabut oleh malaikat Izrail. Lalu lemahnya dimana? Entahlah saya sendiri bingung.

Lau mengapa perempuan menangis? Inilah sebetulnya kelemahan pria terbesar karena terhalang dinding keterbatasan penegtahuan yang dimiliki Ilahi Rabbi. “Ini adalah air mata kehidupan. Maka biarkanlah ini menjadi rahasia terbesar yang hanya diketahui perempuan dan Tuhan”.

04 Februari 2008

Mencintai

Sangatlah menyakitkan mencintai seseorang, tetapi tidak dicintai olehnya. Tetapi lebih indah untuk mencintai dan tidak pernah menemukan keberanian untuk memberitahu mereka apa yang kamu rasakan.

Mungkin Tuhan menginginkan kita untuk bertemu dengan orang yang tidak tepat sebelumnya, jadi ketika kita akhirnya bertemu dengan orang yang tepat, kita akan tahu betapa berharganya anugerah tersebut.

Cinta adalah ketika kamu membawa perasaan, kesabaran dan romantisme dalam suatu hubungan dan menemukan bahwa kamu peduli dengan dia.

Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu dengan seseorang yang sangat berarti bagimu, hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi. Ketika pintu kebahagiaan tertutup dan yang lain terbuka. Tetapi kadang-kadang kita menatap terlalu lama pada pintu yang telah tertutup itu sehingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka untuk kita.

Teman yang terbaik adalah teman dimana kamu dapat duduk bersamanya dan merasa terbuai, dan tidak pernah mengatakan apa-apa dan kemudian berjalan bersama.

Perasaan seperti itu adalah percakapan termanis yang pernah kamu rasakan.

Benarlah bahwa kita tidak tahu apa yang kita dapatkan sampai kita kehilangan itu. Tetapi benar juga bahwa kita tidak tahu apa yang hilang sampai itu ada.

Memberikan seseorang semua cintamu tidak akan pernah menjamin bahwa mereka akan mencintai kamu juga!!!

Jangan mengharapkan cinta sebagai balasan, tunggulah sampai itu tumbuh di dalam hati mereka. Tetapi jika tidak pastikan dia tumbuh di dalam hatimu.

Ada hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar dari orang yang dari mereka kamu ingin dengar. Tetapi jangan sampai kamu menjadi tuli walaupun kamu tidak mendengar itu dari seseorang yang mengatakan itu dari hatinya.

Jangan pernah berkata selamat tinggal jika kamu masih ingin mencoba.
Jangan menyerah selama kamu merasa masih dapat maju.
Jangan pernah berkata kamu tidak mencintai orang itu lagi bila kamu tidak bisa membiarkannya pergi.

Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan.

kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati.
Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun telah disakiti sebelumnya.
Kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangun kembali kepercayaan.

Hanya perlu satu menit untuk menghancurkan seseorang,
satu jam untuk menyukai seseorang, satu hari untuk mencintai seseorang,
tetapi membutuhkan seumur hidup untuk melupakan seseorang.

Jangan melihat dari wajah, itu bisa menipu.
Jangan melihat kekayaan, itu bisa menghilang. Datanglah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum karena sebuah senyuman dapat membuat hari yang gelap menjadi cerah. Berharaplah kamu dapat menemukan seseorang yang dapat membuatmu tersenyum.

Ada saat didalam kehidupanmu dimana kamu sangat merindukan seseorang, kamu ingin mengambil mereka dari mimpimu dan benar-benar memeluk dia.

Berharaplah kamu dapat bermimpi tentang dia, yang berartimimpilah apa yang ingin kamu mimpikan. Pergilah kemana kamu ingin pergi, jadilah sesuai dengan keinginan kamu karena kamu hanya hidup sekali dan satu kesempatan untuk melakukan apa yang kamu inginkan.

Semoga kamu mendapat cukup kebahagiaan untuk membuat kamu bahagia, cukup cobaan untuk membuatmu kuat, cukup penderitaan untuk membuat kamu menjadi manusia yang sesungguhnya dan cukup harapan untuk membuat kamu bahagia.

Selalu letakkan dirimu pada posisi orang lain. Jika kamu merasa itu menyakitkan kamu mungkin itu menyakitkan orang itu juga.

Kata-kata ceroboh dapat mengakibatkan perselisihan, kata-kata yang kasar bisa membuat celaka, kata-kata yang tepat waktu dapatmengurangi ketegangan, kata-kata cinta dapat menyembuhkan dan menyenangkan.

Permulaan cinta adalah dengan membiarkan orang yang kita cintai menjadi dirinya sendiri dan tidak membentuk mereka menjadi sesuai keinginan kita. Dengan kata lain kita mencintai bayangan kita yang ada pada diri mereka.

Orang yang tidak bahagia tidak perlu memiliki yang terbaik dari segala hal. Mereka hanya membuat menjadi baik segala hal yang datang dalam hidup mereka.
Kebahagiaan adalah bohong bagi mereka yang menangis, mereka yang terluka, mereka yang mencari, mereka yang mencoba.

Mereka hanya bisa menghargai orang-orang yang penting yang telah menyentuh hidup mereka.
Cinta mulai dengan senyuman, tumbuh dengan ciuman dan berakhir dengan air mata.
Masa depan yang cerah berdasarkan pada masa lalu yang telah dilupakan.

Kamu dapat melangkah dengan baik dalam kehidupan kamu sampai kamu melupakan kegagalan kamu dan rasa sakit hati.

Ketika kamu lahir, kamu menangis dan semua orang di sekeliling kamu tersenyum.
Hiduplah dengan hidupmu, jadi ketika kamu meninggal, kamu satu-satunya yang tersenyum dan semua orang di sekeliling kamu menangis.

01 Februari 2008

Perlunya Kesadaran Kolektif Anak Bangsa

Perkembangan Indonesia dewasa ini telah sampai pada tahap yang cukup memprihatinkan. Kemelut kehidupan kian mencekam, seiring laju pembangunan yang terus menerus digulirkan oleh pemerintah. Fenomena-fenomena klasik tentang kondisi masyarakat yang pada beberapa tahun silam sempat mengalami kemajuan, kini hadir kembali dan memenuhi hampir pada setiap wacana tentang pemerintahan dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun beginilah realitas, ada kalanya kita berbangga dengan upaya yang telah dilakukan sehingga mampu mengangkat sedikit martabat dan derajat, tetapi di waktu lain keadaan itu merupakan kenyataan pahit yang harus dihadapi.

Fenomena-fenomena sosial, seperti kemiskinan, kelaparan, penyakit, degradasi lingkungan, dan sebagainya, hampir setiap hari menjadi head line pada setiap wacana di Indonesia khususnya, dan juga di negara-negara dunia ketiga. Hampir setiap hari kita selalu mendengar dan melihat bagaimana realitas kehidupan seperti di atas mengisi ruang-ruang pembicaraan dan selalu diangkat sebagai problema yang ingin diselesaikan. Tidak hanya itu, berbagai teori pun banyak dimunculkan untuk sekedar memberi penjelasan tentang kenyataan tersebut. Apapun itu, tetap saja kondisi di atas adalah realitas dan merupakan masalah sosial yang mau tidak mau, suka atau tidak suka harus dicari penyelesaiannya.

Ibarat telur dengan ayam, mana yang keluar duluan, begitulah menganalogikan antara kemiskinan, kelaparan, dan sebagainya dengan pembangunan yang diselenggarakan. Seringkali kita terkecoh ketika menentukan mana sebab dan mana akibat. Apakah pembangunan dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah sosial di atas atau justru pembangunanlah yang menyebabkan masalah-masalah tersebut. Taruh saja sebagai contoh, kebijakan untuk menyebarkan penduduk dengan program transmigrasi. Transmigrasi merupakan kebijakan pemerintah untuk tidak hanya menyebarkan penduduk dari suatu tempat yang padat ke tempat lain yang lebih jarang penduduknya, tetapi juga membuka jalan bagi individu-individu yang bersedia mengikuti kebijakan tersebut untuk mendapatkan kesejahteraan di tempat yang baru. Sepintas memang kebijakan ini memberi harapan, namun di sisi lain ternyata membawa dampak yang cukup besar bagi faktor-faktor yang lain.

Memang tidak ada yang salah dengan kebijakan tersebut, semua bisa dilaksanakan dengan lancar, meski pada awalnya dilakukan dengan sedikit “pemaksaan”. Hanya saja cara yang dilakukan pemerintah dalam melaksanakan program tersebut belum memberikan tindakan yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Misalnya dengan melalui penyadaran dan memberikan bekal pengetahuan yang cukup tentang bagaimana mengelola kehidupan nantinya di tempat yang baru. Ibarat memberi ikan bukan kail, setiap transmigran sudah disediakan lahan, perumahan, dan peralatan yang cukup untuk mengolah lahan. Setelah itu silahkan melakukan sendiri entah bagaimana caranya. Padahal kita ketahui bersama bahwa ternyata tidak semua transmigran memiliki kemampuan untuk mengelola penghidupan seperti itu. Sehingga pada akhirnya tidak sedikit yang kembali ke daerah asal karena mereka tidak bisa berbuat banyak di tempat tersebut, meski tidak bisa kita pungkiri bahwa tidak sedikit pula yang memperoleh keberhasilan.

Belum dampak lain yang timbul akibat penerapan kebijakan tersebut. Kita contohkan saja, misalnya adalah penebangan hutan guna membuka lahan baru bagi para transmigran, dan pada akhirnya mengakibatkan kerusakan yang cukup parah pada kondisi hutan. Keadaan ini masih terus berlanjut, cuma bedanya pengrusakan hutan dilakukan oleh para transmigran itu sendiri. Dampak lain seperti menciptakan kembali masalah kemiskinan, akibat tidak berhasil di tempat baru dan juga tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk memulai kehidupan lain yang baru. Dan kalaupun bisa juga tidak menyebabkan perubahan yang signifikan.

Setiap usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang ada dengan berbagai kebijakan sebagai proses pembangunan haruslah disyukuri dan di dukung. Namun perlu diingat juga bahwa segala implementasi pembangunan yang diselenggarakan tidak akan mencapai tujuan secara maksimal apabila tidak diimbangi dengan kesadaran penuh masyarakat akan arti penting pembangunan itu sendiri. Pemerintah juga tidak bisa menyalahkan masyarakat apabila pada setiap implementasi kebijakan pembangunan kurang mendapatkan antusiasme masyarakat, sebab secara sosiokultural, masyarakat Indonesia secara mayoritas masih seperti itu. Justru peran pemerintah diharapkan lebih besar untuk mengatasi kurangnya antusiasme masyarakat terlebih dahulu, sebelum melaksanakan program-program pembangunan itu sendiri.

Karena itu upaya tersebut bisa dilakukan secara optimal apabila pemerintah mampu melibatkan masyarakat di dalamnya. Dalam artian bahwa keterlibatan masyarakat tidak sebatas hanya pada implementasi pembangunan itu sendiri, namun juga pada proses perencanaan sebelum pembangunan dilaksanakan. Sehingga, dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam setiap proses pembangunan, tujuan untuk mendapatkan kesadaran dan antusias masyarakat terhadap pembangunan bisa dicapai. Penting bagi pemerintah untuk selalu bersikap transparan terhadap setiap proses pembangunan, dan yang lebih penting lagi adalah akuntabiltas harus tetap dijunjung tinggi supaya masyarakat merasa percaya dan yakin bahwa pembangunan yang akan diselenggarakan betul-betul dibutuhkan oleh masyarakat banyak dan bertujuan mengatasi masalah-masalah sosial yang ada.

Selain itu, usaha lain yang bisa dilakukan pemerintah untuk memperoleh kesadaran penuh masyarakat terhadap setiap proses pembangunan adalah dengan memberikan pendidikan yang layak bagi seluruh masyarakat yang ada di tanah air ini, tanpa terkecuali. Boleh jadi hal ini telah dilakukan, namun apakah pemerintah telah memikirkan bahwa pendidikan yang diberikan sudah betul-betul mampu membuka kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pembangunan? Lalu pendidikan seperti apa yang mampu membuka kesadaran masyarakat? Menurut hemat saya, model pendidikan yang mampu membuka kesadaran masyarakat adalah model pendidikan partisipatoris. Model pendidikan partisipatoris artinya pendidikan yang bertumpu pada keaktifan, kekritisan dan sebagainya serta lebih menilai proses daripada hasil akhir. Pendidikan partisipatoris berarti pula membuka peluang pada setiap orang untuk terlibat dan merasa dipentingkan dengan banyak hal serta bersifat dialogis ketimbang monolog seperti yang masih berlangsung hingga sekarang.

Kesadaran masyarakat memang memiliki batasan yang sangat luas, namun apabila masyarakat telah diarahkan dengan pendidikan yang layak, maka saya yakin dengan sendirinya masyarakat akan memahami dan menyadari akan pentingnya pembangunan bagi mereka sendiri. Selain itu perlu diingat pula bahwa dengan kondisi realitas yang ada saat ini, dengan segala keterbatasan dan kekurangan, tidak kemudian menjadi alasan untuk tidak melakukan apapun. Masalah tetap harus diatasi bagaimanapun keadaannya. Untuk itu, prioritas permasalahan harus menjadi perhatian utama pemerintah agar nantinya tidak ada yang merasa dirugikan atas proses pembangunan yang dilaksanakan.

Tujuan pembangunan millennium Indonesia yang hendak dicapai pada tahun 2015 boleh jadi merupakan target yang wajar dan masuk akal selama proses yang diselenggarakan betul-betul konsisten dengan tujuan yang ditetapkan. Konsistensi ini penting sebab mustahil pembangunan millennium atau apapun itu dapat dilaksanakan tanpa adanya keinginan yang kuat dan niat yang tulus untuk menjalankannya. Namun target tersebut menjadi muluk dan berlebihan apabila instrumen-instrumen yang dilibatkan dan komponen-komponen yang diikuitsertakan tidak memiliki jiwa yang kuat untuk memulai suatu perubahan. Bukan hanya terhadap masyarakat, tetapi juga terhadap pemerintah sebagai penyelenggaraan pembangunan. Setiap komponen, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat, harus berjalan selaras dan mampu mengimbangi antara satu dengan lainnya. Sinergi pikiran dan tindakan harus dimunculkan agar dalam prosesnya nanti tidak terjadi kesalahpahaman yang bisa mengakibatkan perselisihan dan perpecahan.

Tujuan hanyalah hasil akhir yang hendak dicapai, apakah sesuai atau tidak dengan harapan. Oleh karena itu prosesnya perlu diawali dengan perencanaan yang matang, berupa visi dan misi yang jelas, cara implementasi, prosesnya, waktu dan target, kemudian dilakukan perhitungan dan estimasi pencapaian tujuan berdasarkan prioritas-prioritas yang ditetapkan. Selanjutnya adalah manajemen sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan suatu program pembangunan, hingga pada akhir pencapaian tujuan, semua ini harus betul-betul diproses secara mantap dan terarah.

Akhirnya, bagi saya adalah kewajiban untuk mendukung setiap proses pembangunan yang berorientasi kepada masyarakat. Terlebih kedudukan saya sebagai seorang anggota masyarakat, maka kewajiban tidak hanya sebatas memberikan dukungan, namun juga bertanggung jawab terhadap perubahan yang ada di masyarakat. Bentuknya bisa bermacam-macam tergantung basis keilmuan yang didapat atau dengan cara lain yang berguna. Intinya selama pembangunan dilaksanakan sesuai dengan aturan dan benar-benar berorientasi pada masyarakat banyak serta berwawasan masa depan, maka saya akan dukung dengan kesadaran penuh.

Di Sebuah Taman Kampus

Sekilas tidak nampak keistimewaan padanya. Layaknya gadis yang tumbuh dewasa, dia cantik, berkulit kuning langsat, tubuh tinggi semampai dengan pakaian yang kasual tetapi tetap sopan dan dibalut kerudung yang hampir setiap hari diikat dengan variasi yang berbeda. Warna kesukaannya adalah merah muda, menandakan kelembutan, selembut warna kesukaannya. Dia mahasiswi semester akhir di dua universitas terkemuka di Jogja. Bicaranya lancar selancar kendaraan yang melaju di jalan tol, tetapi tegas dan berwibawa. Bahasa Inggrisnya heh...jangan ditanya. Menginap sementara, kurang lebih lima tahun di negeri patung Liberty membuatnya tak ubah seperti angsa putih Walt Disney.

Lia, demikian namanya dipanggil. Lia yang muda, cantik, segudang prestasi dan disukai banyak orang. Bagi yang mengenalnya dengan baik, dia adalah sosok yang bukan tipe pendiam. Hari-harinya dipenuhi dengan dua telepon genggam yang selalu berbunyi dan menyuruhnya beranjak lalu pergi. Mungkin motonya adalah “tiada hari tanpa kesibukan”. Lia adalah seorang pemikir bebas dan mandiri. Namun hanya sedikit yang tahu bahwa dia juga seorang ambisius tulen. Buku agendanya penuh berisi jadwal dan terget yang harus dicapai.

Hingga di suatu siang di taman kampus, Lia datang menghampiri temannya seoarang perempuan lalu berucap,

“Aku ingin menikah segera rasanya”

“Secepat itukah”, tanya temannya.

“Ya...”

“Bagaimana dengan ambisimu mengenai masa depan? Apa dirimu sanggup mengganti habit baru yang konon katanya lebih kompleks?”, tanya teman perempuannya lagi mencecar dengan mimik serius.

“Bukankah menjadi ibu adalah ambisi yang paling sempurna?”,jawabnya meyakinkan.

“Aku tidak mencoba menghilangkan ambisiku. Hanya berbagi dan memahami bahwa ambisi juga merupakan tanggung jawab bahwa aku tidak sendiri”,katanya lagi menambahkan.

Dalam konteksnya, ambisi adalah semangat, bahan bakar pendorong hati untuk bergerak mencapai tujuan. Ambisi merupakan perpaduan antara harapan, realitas dan keyakinan perwujudan. Ambisi dianggap realistis jika kondusif dan sinergis dengan kemampuan. Meski kadangkala mesti ditempatkan pada keterbatasan. Ambisi bagaimanapun akan selalu bersifat positif. Karenanya tidak perlu dibatasi. Biarkan dia mengalir seperti sungai, berkembang seperti bunga mekar, melambung seperti jiwa-jiwa yang syahdu.

Kembali ke kasus Lia bahwa dia mencoba menempatkan ambisi pada tempatnya, tanpa merasa terbebani dengan ambisi itu sendiri. Baginya, ambisi bukanlah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Sampai di sini, coba ambil bulu ayam dan korek kuping kita dengannnya. Ambisi tetap sesuatu yang perlu dinikmati. Seperti bulu ayam yang dijadikan alat pengorek kuping. Nimati saja, enak bukan?

BICARA TENTANG KEKAYAAN

Suatu waktu, seorang teman datang sambil berkeluh kesah tentang betapa hampa kehidupannya selama ini meski hidupnya berada dalam ’sangkar emas’.

”Aku bahkan tak mampu menilai diriku sendiri. Ketersediaan dari segala yang kuinginkan justru membuatku seperti berada dalam dunia mimpi. Tidak ada yang istimewa kecuali hanya menjadi sendiri”, begitu katanya.
Kegersangan jiwa sepertinya sudah sampai ke ubun-ubun. Menembus pikiran rasionalitasnya sebagai manusia. Katakanlah berada pada titik kritis keputusasaan.

Keberlimpahan materi ternyata tidak mampu menjadikannya sebagai manusia, kecuali budak yang mengikuti hawa nafsu atas harta sebagai tuhan. Hidupnya selalu dipenuhi hasrat untuk selalu dan selalu mencari, mempertahankan dan dihantui perasaan takut kehilangan.

Ada semacam stigma dalam benak manusia yang mengorientasikan harta (materi) sebagai tujuan hidup. Adalah mahluk langka yang mampu menjadikan materi sebagai penunjang hidup. Pertanyaan retoris yang mungkin harus dijawab adalah siapakah yang harus tunduk, harta kepada kita atau kita kepada harta?

Menjadi kaya, maka kemuliaan akan didapat, benarkah? Mungkin kita harus kembali mengingat nasehat orang tua kita dulu yang mengatakan bahwa kemuliaan seseorang lebih diukur atas apa yang dia berikan, bukan apa yang dia miliki. Benarlah demikian. Toh materi tidak mampu merubah jatah hidup kita yang terus menerus berkurang. Toh materi juga tidak mampu merubah ketetapan Ilahi memajukan atau memundurkan waktu maut menjemput. Toh materi juga terkadang tidak mampu menghadirkan mimpi-mimpi indah dalam nikmatnya tidur.

Seorang guru saya pernah berujar,”Milikmu adalah apa yang kamu berikan pada orang lain. Sederhananya, seribu rupiah yang kamu berikan pada orang lain yang miskin yang diambil dari sepuluh ribu rupiah yang ada padamu, itulah milikmu. Selebihnya entah milik siapa. Mengutip dari perkataan orang bijak bahwa mewarisi anak dengan harta, maka akan buta hatinya. Sebaliknya, mewarisi anak dengan ilmu, maka akan terbuka hatinya.

”Tidak ada yang bisa kuberikan teman kecuali sebuah nasehat agar lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan titipkan harapan padaNya semoga menyembuhkan kegersangan jiwamu itu. Sebab teman, segala materi yang kau punya tidak akan menjadikan dirimu menjemput maut dengan sempurna. Kelak jika kau mati tidak ada harta yang akan mendampingi kecuali beberapa carik kain kafan yang bernilai tidak lebih mahal dari celana jeans-mu”.