18 Juli 2008

PERTARUNGAN POPULARITAS

Untuk pertama kalinya Pilkada langsung akan diselenggarakan di Kabupaten Belitung. Tumpuan harapan akan kepala daerah yang akan memimpin Belitung sangatlah besar, terutama untuk mengangkat kehidupan masyarakat Belitung yang lebih baik. Meski demikian, pesimisme masyarakat akan adanya perubahan yang lebih berarti di daerah juga tidaklah kecil. Hal ini selain disebabkan oleh pengalaman yang mereka alami selama ini, juga paradigma terhadap pemimpin yang hanya mementingkan pribadi dan golongannya ketimbang masyarakat luas.

Tidaklah mudah menilai, siapapun yang bakal memimpin Belitung lima tahun kedepan akan berbuat lebih baik, sama saja atau lebih buruk. Karena pilihan akan selalu bersifat subjektif, tergantung cara pandang pemilih terhadap orang yang dipilihnya. Ada tiga hal yang secara normatif menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih pemimpin mereka, yaitu pertama seberapa populerkah calon kepala daerah yang diusung, kedua, seberapa jauhkah pasangan calon tersebut pernah berbuat terhadap masyarakat luas, dan ketiga, seberapa besar kesukaan masyarakat terhadap calon tersebut. Perlu dipahami pula bahwa ketiga hal di atas saling berhubungan satu dengan lainnya. Jika seorang calon cukup populer di mata masyarakat, namun kurang berbuat banyak terhadap kehidupan masyarakat atau kurang begitu disukai, maka kecenderungan dipilih sangatlah kecil.

Dalam beberapa hal masyarakat dihadapakan pada suatu realita bahwa mereka tidak mendapatkan calon pemimpin yang memenuhi syarat yang mereka harapkan. Masyarakat tentunya tidak bisa disalahkan apabila masyasrakat mematok standar cukup teinggi terhadap pasangan calon, sebab merakalah yang nantinya akan menjadi panutan dan tumpuan harapan masyarakat. Boleh jadi hal ini disebabkan oleh semakin besarnya pengaruh media terhadap perubahan pola pikir masyarakat, dan boleh jadi juga disebabkan oleh tekanan hidup yang semakin kuat. Namun selama pegaruh tersebut positif, terutama bagi pengetahuan masyarakat akan haknya, maka itu tidak akan menjadi masalah. Tinggal bagaimana sang pasangan calon menyikapi perubahan tersebut.

Incumbent: Persoalan Track Record
Dalam berbagai pemilihan kepala daerah, posisi incumbent selalu memiliki keuntungan ganda. Pertama, seorang incumbent sudah jelas merupakan sosok yang populer di mayarakat. Seorang incumbent merupakan sosok yang paling dikenal karena pernah memipin daerah. Paling tidak orang mengenal namanya, meski belum pernah melihat rupanya. Artinya, bagi seoarang incumbent popularitas bukan lagi masalah dan itu berarti memperkecil ruang sosialisasi personal yang lebih besar. Meskipun dilakukan, itu hanya untuk memperbesar tingkat keterpilihannya di masyarakat. Hal ini jelas berbeda dengan seorang yang bukan incumbent, sebab untuk membuat dirinya dikenal masyarakat, maka dirinya mau tidak mau harus melakukan sosialisasi personal yang besar dan intens.

Kondisi kedua, seorang incumbent adalah pemegang kekuasaan tertinggi di pemerintahan daerah, dan seorang penentu kebijakan. Masyarakat akan mengenalnya sebagai seorang yang pernah berbuat untuk kepentingan masyarakat, meski soal berbuat untuk kepentingan masyarakat ini masih bisa diperdebatkan. Namun setidaknya, selama masa kepemimpinannya berbagai kebijakan dan program telah diimplementasikan. Dan tentu hal ini menjadi catatan bagi masyarakat tentang diri seorang incumbent terutama seberapa besar pengaruh kebijakan dan program yang diimplementasikannya tersebut terhadap perkembangan masyarakat.

Kondisi ketiga, seorang incumbent biasanya memiliki sumber daya yang cukup besar, baik materi maupun pengaruh, sebagai akumulasi dari kepemimpinannya selama ini. Incumbent juga memiliki jaringan yang cukup luas di kalangan elit dan masyarakat. Karena itu, tidaklah terlalu sulit bagi seorang incumbent untuk mengoptimalkan sumber daya tersebut.

Pertarungan Popularitas
Dalam realitasnya, Pilkada pada saat ini tak lebih merupakan ajang pertarungan popularitas semata. Mengapa demikian? Sebab pandangan politik pada beberapa tahun belakangan ini mengarahkan pilihan politik pada sosok/figur, bukan terhadap partai politik. Figur calon menjadi kunci utama dalam memenangkan Pilkada. Dalam penampakan figur seorang calon, maka popularitas seseorang menjadi sangat penting yang karenanya pula mampu memberi pengaruh terhadap pilihan politik masyarakat.

Hal senada pernah pula dilontarkan oleh Bima Arya yang menyarankan kepada masyarakat non partisan agar jangan melihat partainya tapi melihat figur sang calon. Jika percaya bahwa figur itu bisa membawa perubahan yang tidak hanya bagi daerahnya tetapi bagi partai juga, mempunyai komitmen yang baik, anti terhadap politik uang dan kepentingan yang sempit, maka jatuhkanlah pilihan pada orang yang tepat tersebut.

Namun, tingkat popularitas tinggi belum tentu dibarengi dengan tingkat pilihan masyarakat yang tinggi pula. Artinya semua kembali pada pilihan masyarakat kepada siapa pilihannya dijatuhkan.

Hingga tiga bulan ke depan, pertarungan popularitas akan tetap menjadi headline dalam upaya menarik pilihan masyarakat Belitung sebanyak-banyaknya. Bagi mereka yang memiliki sumber daya yang besar, tentu mencari popularitas bukanlah hal yang sulit, terlebih media-media yang ada juga sudah semakin banyak. Akan tetapi terpenting dari itu semua adalah masyarakat akan mendapatkan jaminan kehidupan yang lebih baik dan berkualitas. Selain itu, tuntutan peran yang besar terhadap kepala daerah diharapkan akan memberikan andil yang luas bagi perkembangan demokratisasi di tingkat lokal.

Tidak ada komentar: