10 November 2012

Menanti Kepemimpinan Kaum Muda Indonesia


Survey yang dirilis Lingkaran Survey Indonesia. (LSI) di hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2011 menyebutkan, ¾ dari penduduk Indonesia menyatakan tidak pecaya lagi dengan politisi muda saat ini. Penilaian tersebut didasarkan pada fenomena bahwa politisi muda saat ini sudah kehilangan integritasnya dan terlibat dalam sistem yang korup. Reaksi bermunculan. Ada yang menganggap survey ini sebagai character assassination (Pembunuhan karakter) bagi kaum muda Indonesia dan menjadi penilain yang buruk untuk masa depan Indonesia. Dan ada pula yang menganggap survey ini sebagai pesanan untuk membentuk bandwagon effect bagi politisi tua yang ingin maju menjadi Capres 2014.

Soal persentase boleh jadi bisa debatable. Namun, penilaian rakyat Indonesia terhadap politisi muda yang kelak bakal menjadi pemimpin tentu harus diperhatikan secara seksama. Jika kita tarik benang merah dalam konteks yang lebih luas, apakah pemuda Indonesia memang sudah mengalami degradasi kepemimpinan sebegitu besar sehingga tidak bisa lagi dipercaya? Mungkin ini yang perlu digugat kebenarannya.

Dari berbagai survey bakal Capres 2014, yang muncul dengan persentase tertinggi mayoritas masih dihuni oleh mereka yang sudah senior dan politisi generasi usia 60an tahun. Nama-nama seperti Megawati, Yusuf Kalla, Aburizal Bakri, Prabowo Subianto, Hidayat Nur Wahid dan Wiranto, masih menjadi unggulan. Nama lain yang muncul namun masih dalam kategori berusia 50an tahun seperti Ani Yudhoyono dan Sri Mulyani. Dengan gambaran ini timbul pertanyaan, apakah memang sudah tidak ada yang layak dari pemuda Indonesia dalam generasi usia 40an dan 30an tahun untuk memimpin? Atau kah jangan-jangan kaum muda pada usia tersebut tidak diinput sebagai entitas atau subjek survey? Wallahua’alam. Capres toh masih lama. Masih cukup waktu untuk membentuk peluang bagi kaum muda untuk tampil ke kancah kepemimpinan negara.

Bagaimana dengan konteks kepemimpinan muda daerah? Apakah peluang bagi kepemimpinan muda dalam politik lokal cukup besar? Ataukah politik lokal juga masih didominasi oleh para politisi senior? Kemungkinan itu tetap masih ada, bukan? Terpenting adalah bagaimana calon pemimpin muda ini mampu menampilkan kepemimpinannya dan mengintegrasikan pemikirannya dalam tindakan dan karya nyata di masyarakat.

Melihat dari proses politik yang terjadi saat  ini, nampaknya banyak pemimpin yang digadang-gadang akan maju cenderung variatif, berasal dari generasi senior dan muda. Namun apakah ini akan menjadi satu perhelatan yang cukup sengit dengan dikotomi seperti ini? Agaknya memang tidak perlu menerka-nerka. Sebab, yang pasti adalah sebuah keharusan bagi kaum muda. Dengan kondisi saat ini dan proyeksi kebijakan yang bisa jadi muncul dari pemerintahan sekarang, diperlukan sebuah pemikiran dan dobrakan besar untuk bisa menjaga dinamika dan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Wajah-wajah lama dianggap sudah terkontaminasi dalam sistem yang lama. Maka, selayaknya wajah-wajah baru tampil untuk merubah kondisi tersebut.

Daerah ini membutuhkan leader, bukan penguasa. Dan progresivitas kepemimpinan dibutuhkan untuk merubah keadaan daerah saat ini, setuju? Jika generasi senior tak mampu menjalankan, maka sepatasnya generasi muda menggantikan. Ini adalah realitas yang mau tidak mau harus dijalani. Yang penting dukungan sosial masyarakat ada, integritas moral dan perilaku dijaga, dan berani untuk tampil maju menjadi pemimpin, bukan hanya menjadi pemimpi. Bagaimanapun, faktor usia juga menjadi penting dalam membangun karakter kepemimpinan yang ada. Karena itu, untuk kepemimpinan Padang nanti perlu gebrakan dari pemimpin muda untuk tampil membenahi Kota Padang yang lebih baik. Mengapa? Karena selain faktor usia yang cenderung muda, soal pemikiran dan pengalaman dalam politik lokal sudah cukup bisa mengantarkan generasi ini untuk tampil maju kedepan dan meraih tampuk kepemimpinan daerah.

Gairah serta semangat untuk berani maju kedepanlah yang perlu dibangkitkan lagi oleh pemuda daerah saat ini. Peluang itu harus diciptakan sendiri. Jika tidak, selamanya daerah dan bahkan negara ini akan kehilangan kaum muda yang memiliki potensi menjadi pemimpin.

Tidak ada komentar: